Laman

18 September 2011

Yustris Chan:Pentingnya Inovasi Bagi Kepala SKPD

Krativitas dan inovasi sejatinya dua opsi yang tidak boleh dilengahkan ketika berhadapan dengan pembangunan. Kreativitas akan hadir ketika inovasi menyala dalam memori pikiran. Tuntutan itu sangat wajar berkembang, terlebih untuk seseorang yang tengah berada di kursi pengambil kebijakan. Dan tuntutan itulah yang dikemukakan oleh ketua DPRD Kota Solok Yutris Can, SE ketika mengunyah-nguyah soal kualitas pejabat eselon II yang dipercaya mengendalikan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di daerah itu.
Tentunya bukan sesuatu yang berlebihan ketika ketua parlemen kota bareh itu mengemukakan kegundahannya. Bahkan nuansanya sangat normative manakala kapasitasnya sebagai wakil rakyat yang menghendaki sebuah dinamika. Sekalipun untuk melakukan intervensi langsung terhadap pola kerja kepala SKPD itu tidak pas, tetapi untuk sebatas menggugah kenapa tidak?
“ Betapa kita ingin kepala SKPD itu meninggalkan cara kerja conventional. Harusnya ada inovasi, ada kreasi. Tidak bekerja sekedar lapeh makan lah, “ ujarnya nelangsa dalam harap yang jernih.
Ketua DPRD Kota Solok itu tidak mengeneralisir semua SKPD tidak memiliki inovasi. Tetapi kecendrungan bekerja berdasarkan apa yang tertulis guna menghabiskan anggaran yang tersedia, tanpa ada feet-back terhadap tupoksi yang bersankgutan, itulah yang menjadi kerisauan wakil rakyat yang juga ketua Partai Golkar Kota Solok itu.
Dihadapan sejumlah pekerja jurnalistik yang melakukan tugas liputan di kota yang terbelah oleh Batang Lembang itu, Rabu (2/2), sembari makan bersama di kedai nasi depan balai Kota Solok, ekspresi wajah politisi muda itu tidak dalam aura kamusflase ketika menyatakan kegundahannya terhadap kondisi kota Solok hari ini. Ia bahkan dengan suasana kebersamaan, mengaku ingin menumbuhkan dinamika dan kompetitif dalam mengembangkan kota Solok ke depan.
Banyak hal yang dapat dilakukan. Lebih-lebih dengan performance kepemimpinan Wali Kota Irzal Ilyas dan Wakil Walikota Zul Elfian yang aspiratif dan akomodatif, mestinya diarifi oleh kepala SKPD agar terus melakukan pengembangan kreativitas.
“ Kalau kemudian alasannya karena keterbatasan dana, itu sebuah keniscayaan. Tetapi kadang-kadang saya heran juga ketika mendengar kepala SKPD mengeluh soal dana-dana pembangunan. Kalau muaranya untuk pengembangan kesejahteraan masyarakat, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan hukum, kenapa tidakdilaksanakan? Bukankah kita bekerja untuk rakyat?, “ tutur Yustri Can.
Ketua DPRD yang lebih suka mengembangkan diskusi dengan seluruh komponen masyarakat itu, termasuk wartawan. menyebutkan perkembangan Kota Solok berbanding terbalik dengan kondisi sosial masyarakat sekitar. Kondisi-kondisi terburuk itulah yang mengundang kegelisahannya untuk mulai menata lingkungan sebelum akhirnya berbicara soal kemajuan pembangunan itu sendiri.
“ Kita tidak bisa membantah kenyataan, ditingkat anak-anak sekarang, berapa banyak anak-anak usia sekolah yang melakukan kegiatan menyimpang, seperti mengisap lem, merokok. Mereka generasi muda, kita khawatir pada masanya nanti berprilaku lebih ekstrim. Itu sebuah gejala sosial yang perlu disikapi oleh banyak instansi, “ sebut Yustri Can.
Fenomena buruk itu kemudian menjadi catatannya untuk menggugah para pengambil kebijakan dan pihak berkompeten lainnya. Setidaknya di mulai dilingkungan terkecil, keluarga dan lingkungan. Sisakan waktu untuk menyibukkan diri mengurus generasi muda kota Solok.
Harapan itu tentunya bukan semata kepada eksekutif, ia juga mengetuk hati ninik-mamak, jangan hanya sibuk dengan pepatah-petitih. Semua elemen, DPRD, bahkan wartawan juga, harusnya menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan.
“ Kita ini kan bagian dari masyarakat. Harusnya kita ikut menggerakkan pemberdayaan ini. Karena alasan itulah pula, tahun 2011 ini DPRD Kota Solok mendorong setiap kelurahan memprogramkan aktivitas kepemudaan dengan menyetujui bantuan dana sebanyak Rp 25 juta per kelurahan untuk menghidupkan kegiatan itu sendiri, “ jelas Yustris Can.
Tentu saja tanpa kebersamaan program tersebut tidak akan jalan. Ia berharap setiap elemen di tingkat kelurahan mendorong terciptanya suasana edukatif dalam berbagai kegiatan pemuda. Seperti halnya di keluhrahan KTK, sebut ketua DPRD yang akrab dipanggil Boris itu, telah mengembangkan sasaran atau dojo beladiri Tae Kwon Do.
“ Banyak kegiatan kepemudaan yang perlu di tumbuhkan. Itu semua untukmengalihkan perhatian anak-anak terhadap kegiatan yang merugikan, “ sebutnya.
Tentu tidak sebatas kegiatan pemuda dan remaja itu yang diprioritaskan. Ketua partai Golkar Kota Solok itu juga melihat potensi lain di bidang pertanian. Kota Solok yang dikenal sebagai penghasil bareh Solok, kata dia, perlu dipelihara kulturnya.
“ Hakiki pembangunan harus menyeluruh, komprehensif. Kita tidak boleh mamaknai kemajuan pembangunan hanya dari aspek fisik saja, melainkan soal-soal kemasyarakatan juga penting dibenahi. Bahkan kita tidakingin disebut memakai kacamata kuda dalam menggerakkan pembangunan, “kata dia.
Selain soal sosial dan budaya masyarakat, terutama mengawasi prilaku anak-anak, Pemko Solok memalui instansi terkait juga menolong kaum petani dari belenggu tekhnologi tepat guna.
“ Petani membutuhkan arahan-arahan yang konstruktif. Disitulah gunanya pelopor. Ya, petani perlu diarahkan untuk mengembangkan budidaya, “ kata Boris lebih menekankan kepada peran organisasi-organisasi petani agar memiliki program-program pertanian yang secara langsung akan mengangkat pengetahuan petani itu sendiri.
Hampir dua jam bercerita di kedai nasi depan Balai kota solok, matahari diluar mulai miring ke Barat. Ketua DPRD Kota solok Yustris Can akhirnya “dilepaskan” oleh pekerja Jurnalistik di kota itu setelah mendapat banyak alasan untuk mengatakan bahwa kepala SKPD di Kota Bareh itu perlu direposisi agar tidak monoton dalam bersikap.****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar