Laman

18 September 2011

SIDAK MENGUNGKAP MENTAL PEJABAT

Menindak lanjuti instruksi Bupati Solok soal kedisplinan pegawai perlu diawasi pasca lebaran Idul Fitri 1442 H, Pemerintah Kabupaten Solok serta merta menurunkan 3 tim untuk melakukan inpeksi mendadak (sidak) ke sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sepanjang pekan ini. Kebijakan melakukan sidak tersebut dilakukan emnyusul apel gabungan Pegawai di lingkungan Pemkab. Solok yang di gelar pada hari pertama kerja selepaas cuti bersama hari raya Idul Fitri.
Kendati dalam apel gabungan yang digelar Senin (5/9) terlihat tingkat kehadiran pegawai cukup mengembirakan, namun hal itu tampaknya belum mengundang keyakinan Bupati Solok sebagai symbol kuatnya kedisiplinan. Bahkan Syamsu Rahim saat itu justru memerintahkan agar dilakukan sidak guna memantau kehadiran pegawai.
Segaris dengan keinginan Syamsu Rahim, wakil Bupati Solok Desra Ediwan serta merta menyatakan ketidak pahamannya terhadap sikap sejumlah kepala SKPD yang suka menghilang sejak bulan ramadhan sampai menjelang lebaran.
“ Ini preseden buruk. Masa kepala Dinas, pimpinan SKPD menghilang menjelang lebaran. Kabarnya karena takut sama Wartawan, alasan apa itu?, “ tutur Desra Ediwan sambil menekankan tidak ada alasan bagi kepala dinas meninggalkan kantornya tanpa keterangan yang jelas.
Ders Ediwan me wanti wanti para pejabat pemegang eselonering itu agar bisa memberi teladan kepada bawahannya. Jangan karena alasan takut bersirobok dengan wartawan menjelang lebaran,terus menghilang dan sembunyi sembunyi. Padahal, menurut Desra Ediwan, saban waktu pergaulan pejabat justru dengan wartawan-wartawan itu. Artinya sudah jelas siapa yang menjadi wartawan di daerah ini.
“ Jangan takut kepada wartawan. Karena kita sudah sangat mengenal mereka yang selamaini menjadi mitra kita. Kenapa harus melarikan diri,” tutur wakil Bupati Solok.
Agaknya, atas perangai pejabat yang suka menghilang dikantor karena alasan yang tidak masuk akal, Pemkab. solok kemudian mengeluarkan kebijakan Sidakdengan membentuk 3 Tim yang selama seminggu akan turun melakukan evaluasi.
“ Ada tiga tim yang melakukan Sidak, yakni Tim untuk lingkungan Kompleks perkantiran di Arosuka, Tim yang turun ke kecamatan-kecamatan serta satu tim lagi sidak ke SKPD lainnya, “ kata Kepala Inspektorat Kab. solok Malfider, SH ketika menjawab Singgalang di sela sidak di Sekretariat DPRD, Rabu ( 7/9).
Malfider yang melakukan sidak bersama Asisten I Drs. suardi Batubara serta staf ahli Drs. Tamyus, TM, mengaku belum dapat menguukur tingkat kehadiran pns karena pihaknya masih bekerja.
“ Tapi gambarannya cukup baiklah, “ kata Malfider seraya berjalan ke SKPD lainnya untuk melakukan hal serupa.
Penilaian Kepala Inspektorat itu tampaknya memang tidak perlu pembuktian lantaran hari itu memang rata-rata pegawai dan terutama para kepala SKPD banyak yang hadir. Tetapi kesimpulan itu akan berbanding terbalik ketika sepekan menjelang lebaran. Para Kepala Dinas, Instansi dan kantor di daerah itu nyaris tidak tampak batang hidungnya. Konon mereka lari dan menghilang untuk menghindari wartawan yang dianggapnya selalu meminta menagih THR (Tunjangan Hari Raya). Saat itu, bisa dikatakan wartawan identik dengan uang keluar.
Begitu sempit pemikiran kepala dinas dan pejabat-pejabat daerah terhadap profesi wartawan. Kalaupun benar konsekwensinya begitu, kiranya sebuah hal yang manusiawi karena selama ini mereka (wartawan) adalah mitra bagi penyebarluasan informasi dan bahkan adakalanya mengharumkan namanya pula. Tetapi kenapa ketika lebaran tiba, wartawan seolah tak dibutuhkan benar.
“ Hari ini kepala dinas banyak hadir, karena ada instruksi untuk tidak boleh meninggalkan kantor tanpa alasan yang jelas, “ kata salah seorang pekerja jurnalistik yang enggan ditulis jatidirinya.
Berbeda suasananya sebelum lebaran, ada-ada saja akalnya untuk menghindari kantor bupati di Arosuka. Ada yang mengaku mengkuti rapat di Bukittingi selama sepekan baneneang. Bahkan ada yang ke Jakarta menjelang Lebaran tiba. Potret demikian menggambarkan betapa tidak bertuannya kantor Bupati solok di Arosuka.
Ditengarai, dari gambaran itulah kemudian Bupati Solok langsung mengeluarkan instruksi untuk melalkukan sidak sepekan terakhir. Bahkan untuk meninggalkan kantor, konon kepala dinas harus membuat surat izin khusus agar jelas kalau hilang tahu rimbanya, kalau hanyut jelas muaranya. Hehe..—

Yustris Chan:Pentingnya Inovasi Bagi Kepala SKPD

Krativitas dan inovasi sejatinya dua opsi yang tidak boleh dilengahkan ketika berhadapan dengan pembangunan. Kreativitas akan hadir ketika inovasi menyala dalam memori pikiran. Tuntutan itu sangat wajar berkembang, terlebih untuk seseorang yang tengah berada di kursi pengambil kebijakan. Dan tuntutan itulah yang dikemukakan oleh ketua DPRD Kota Solok Yutris Can, SE ketika mengunyah-nguyah soal kualitas pejabat eselon II yang dipercaya mengendalikan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di daerah itu.
Tentunya bukan sesuatu yang berlebihan ketika ketua parlemen kota bareh itu mengemukakan kegundahannya. Bahkan nuansanya sangat normative manakala kapasitasnya sebagai wakil rakyat yang menghendaki sebuah dinamika. Sekalipun untuk melakukan intervensi langsung terhadap pola kerja kepala SKPD itu tidak pas, tetapi untuk sebatas menggugah kenapa tidak?
“ Betapa kita ingin kepala SKPD itu meninggalkan cara kerja conventional. Harusnya ada inovasi, ada kreasi. Tidak bekerja sekedar lapeh makan lah, “ ujarnya nelangsa dalam harap yang jernih.
Ketua DPRD Kota Solok itu tidak mengeneralisir semua SKPD tidak memiliki inovasi. Tetapi kecendrungan bekerja berdasarkan apa yang tertulis guna menghabiskan anggaran yang tersedia, tanpa ada feet-back terhadap tupoksi yang bersankgutan, itulah yang menjadi kerisauan wakil rakyat yang juga ketua Partai Golkar Kota Solok itu.
Dihadapan sejumlah pekerja jurnalistik yang melakukan tugas liputan di kota yang terbelah oleh Batang Lembang itu, Rabu (2/2), sembari makan bersama di kedai nasi depan balai Kota Solok, ekspresi wajah politisi muda itu tidak dalam aura kamusflase ketika menyatakan kegundahannya terhadap kondisi kota Solok hari ini. Ia bahkan dengan suasana kebersamaan, mengaku ingin menumbuhkan dinamika dan kompetitif dalam mengembangkan kota Solok ke depan.
Banyak hal yang dapat dilakukan. Lebih-lebih dengan performance kepemimpinan Wali Kota Irzal Ilyas dan Wakil Walikota Zul Elfian yang aspiratif dan akomodatif, mestinya diarifi oleh kepala SKPD agar terus melakukan pengembangan kreativitas.
“ Kalau kemudian alasannya karena keterbatasan dana, itu sebuah keniscayaan. Tetapi kadang-kadang saya heran juga ketika mendengar kepala SKPD mengeluh soal dana-dana pembangunan. Kalau muaranya untuk pengembangan kesejahteraan masyarakat, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan hukum, kenapa tidakdilaksanakan? Bukankah kita bekerja untuk rakyat?, “ tutur Yustri Can.
Ketua DPRD yang lebih suka mengembangkan diskusi dengan seluruh komponen masyarakat itu, termasuk wartawan. menyebutkan perkembangan Kota Solok berbanding terbalik dengan kondisi sosial masyarakat sekitar. Kondisi-kondisi terburuk itulah yang mengundang kegelisahannya untuk mulai menata lingkungan sebelum akhirnya berbicara soal kemajuan pembangunan itu sendiri.
“ Kita tidak bisa membantah kenyataan, ditingkat anak-anak sekarang, berapa banyak anak-anak usia sekolah yang melakukan kegiatan menyimpang, seperti mengisap lem, merokok. Mereka generasi muda, kita khawatir pada masanya nanti berprilaku lebih ekstrim. Itu sebuah gejala sosial yang perlu disikapi oleh banyak instansi, “ sebut Yustri Can.
Fenomena buruk itu kemudian menjadi catatannya untuk menggugah para pengambil kebijakan dan pihak berkompeten lainnya. Setidaknya di mulai dilingkungan terkecil, keluarga dan lingkungan. Sisakan waktu untuk menyibukkan diri mengurus generasi muda kota Solok.
Harapan itu tentunya bukan semata kepada eksekutif, ia juga mengetuk hati ninik-mamak, jangan hanya sibuk dengan pepatah-petitih. Semua elemen, DPRD, bahkan wartawan juga, harusnya menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan.
“ Kita ini kan bagian dari masyarakat. Harusnya kita ikut menggerakkan pemberdayaan ini. Karena alasan itulah pula, tahun 2011 ini DPRD Kota Solok mendorong setiap kelurahan memprogramkan aktivitas kepemudaan dengan menyetujui bantuan dana sebanyak Rp 25 juta per kelurahan untuk menghidupkan kegiatan itu sendiri, “ jelas Yustris Can.
Tentu saja tanpa kebersamaan program tersebut tidak akan jalan. Ia berharap setiap elemen di tingkat kelurahan mendorong terciptanya suasana edukatif dalam berbagai kegiatan pemuda. Seperti halnya di keluhrahan KTK, sebut ketua DPRD yang akrab dipanggil Boris itu, telah mengembangkan sasaran atau dojo beladiri Tae Kwon Do.
“ Banyak kegiatan kepemudaan yang perlu di tumbuhkan. Itu semua untukmengalihkan perhatian anak-anak terhadap kegiatan yang merugikan, “ sebutnya.
Tentu tidak sebatas kegiatan pemuda dan remaja itu yang diprioritaskan. Ketua partai Golkar Kota Solok itu juga melihat potensi lain di bidang pertanian. Kota Solok yang dikenal sebagai penghasil bareh Solok, kata dia, perlu dipelihara kulturnya.
“ Hakiki pembangunan harus menyeluruh, komprehensif. Kita tidak boleh mamaknai kemajuan pembangunan hanya dari aspek fisik saja, melainkan soal-soal kemasyarakatan juga penting dibenahi. Bahkan kita tidakingin disebut memakai kacamata kuda dalam menggerakkan pembangunan, “kata dia.
Selain soal sosial dan budaya masyarakat, terutama mengawasi prilaku anak-anak, Pemko Solok memalui instansi terkait juga menolong kaum petani dari belenggu tekhnologi tepat guna.
“ Petani membutuhkan arahan-arahan yang konstruktif. Disitulah gunanya pelopor. Ya, petani perlu diarahkan untuk mengembangkan budidaya, “ kata Boris lebih menekankan kepada peran organisasi-organisasi petani agar memiliki program-program pertanian yang secara langsung akan mengangkat pengetahuan petani itu sendiri.
Hampir dua jam bercerita di kedai nasi depan Balai kota solok, matahari diluar mulai miring ke Barat. Ketua DPRD Kota solok Yustris Can akhirnya “dilepaskan” oleh pekerja Jurnalistik di kota itu setelah mendapat banyak alasan untuk mengatakan bahwa kepala SKPD di Kota Bareh itu perlu direposisi agar tidak monoton dalam bersikap.****

Mengurai Kosentrasi Kunjungan Pasar Raya Solok

Kemacetan ternyata tidak hanya milik kota-kota besar. Kesemrawutan juga tidak identik dengan kota metropolitan. Kota-kota kecil seperti Solok, misalnya, juga tengah menikmati trend kemacetan. Pemerintah kota setempat, kelihatan seperti kewalahan atau bahkan bisa dikatakan ilang akal untuk mengurai kusut masai kondisi kota yang terkesan terus mengecil akibat pertambahan pengunjung. Suasana kota Solok hari ini, harusnya tidak serumit yang dibayangkan, sama tidak boleh mengatakan gampang untuk mengelolanya.

Kota Solok hari ini, saban sore hingga lepas waktu magrib, arus kendaraaan terus menguasai badan jalan. Sementara kebutuhan masyarakat akan transportasi terus meningkat. Kota Solok telah menunjukkan dirinya sebagai kota salah urus. Salah satu penandanya adalah kemacetan semakin tidak terbendung. Suasana itu semakin basilemak dengan lokasi parkir yang seolah berebut lahan dengan pedagang kaki lima kala sore menjeput kelam.
“ Sepertinya Pemkot Solok tidak bekerja ya? Kalaupun ada aktivitas, kecendrungannya mengikuti pola kerja konventional. Mengerjakan apa yang telah ada saja. Hampir tidak ada inovasi, “ aku Masrizal, salah seorang prantau Solok yang menyempatkan pulang kampung hari raya Idul Fitri tempo hari.

Ungkapan salah urus, tidaklah berlebihan. Sangat realitis, jika dihubungkan dengan sejumlah kesan yang diungkapkan oleh banyak pengunjung. Mereka umumnya menilai kemacetan Solok justru karena pejabat kota yang tidak cerdas dalam pengelolaan manajeman tata ruang kota. Bukan untuk mengungkap borok pemerintah kota, tetapi kenyataan mengatakan perkembangan warna kota tidak beranjak dari tahun ke tahun. Sebagai kota perdagangan, kota Solok mestinya mengusai pusat perbelanjaan di sejumlah titik yang masih memungkinkan untuk dikembangkan. Tidak melulu membangun fasilitas perbelanjaan di sekitar pasar raya Solok.

Tetapi kesan yang ada saat ini, dinamika kota Solok hanya di seputaran pasar Raya. Kalaupun menyebar hanya terlihat disepanjang pertokoan bundo kandung dengan segala persoalannya, termasuk areal parker yang tak berketentuan di pinggir jalan. Suasana seperti ini juga sudah menjadi kebiasaan di ruas Jalan Soekarno Hatta, Ratusan kendaraan terlihat antri hingga akhirnya membeku tiada gerak.

Terhadap desah buruk kota Solok, Wakil Wali Kota setempat Zul Elfian yang sengaja dijumpai di ruang kerjanya, Selasa pekan lalu, mengaku bukan tidak gelisah dengan kondisi seperti itu. Ia bahkan sangt menyadari kota Solok tidak bisa diperbiarkan seperti itu tanpa adanya perbaikan dengan berbagai langkah cerdas.
“Kita senang kota solok berkeembang sebagai bentuk pergerakan perekonomian yang tinggi. Tetapi dibaliknya juga menyimpan kegelisahan terhadap kesemrawutan, “ kata Zul Elfian.

Untuk mengurai kusutnya arus transportasi di jantung kota yang berhimpitan dengan kemacetan lalu lintas, ke depan pihak pemko bakal membuka jalur simpang bioskop raya menuju stasiun keretapi.
“ Dengan alternative perluasan jalan lingkar pusat kota itu diharapkan kesemrawutan akan bergeser lapang, “ tuturnya.
Ditengarai, kesemrawutan kota solok juga dipicu oleh Pertambahan jumlah penduduk. Fenomena itu salah satunya disebabkan oleh faktor teori ada gula ada semut. Ketika gairah ekonomi semakin meningkat, akan memicu orang untuk datang mengadu nasib. Hal ini menimbulkan dampak adanya kepadatan penduduk, yang berimplikasi kepada masalah-masalah pemenuhan kebutuhan.

Menjawab soal wacana penyebaran titik kosentrasi kunjungan pasar sampai ke wilayah terminal Bareh Solok, Wakil walikota Solok yang notabene mantan Aisten II Setdako setempat mengaku tetap terbuka program pengembangan kearah itu. Bahkan untuk mengakali tersumbatnya keramaian di seputar pasar raya, pihak pemo telah mencadangkan lahan seluas 1 hektar untukpengembangan pasar grosir di sebelah terminal bus yang seolah mati suri itu.
“ Kita ke depan memprogramkan pasar grosir di lahan 1 hektar yang telah dicadangkan untuk itu, “ paparnya.
Namun dengan pembangunan pasar grosir saja tentu belum mampu mengurai kusut masai pasar raya Solok yang melahirkan kesemrawutan di sepanjang pertokoan Bundo Kandung. Kondisi tak berketentuan itu juga dapat dirasakan di sepanjang jalan Soekarno hingga ke simpang denpal, sama kusutnya dengan jalur transpormasi arah ke air mati dan atau ke ruas Pandann ujung.
Kepadatan lalu lintas itu semakin mengkrital pada setiap bulan ramadhan danpuncaknya terjadi saat lebaran tiba. Suasana jantung kota Solok benar-benar berada di titik jenuh kemacetan.

Dalam suasana seperti itu, sangat kuat argumentasinya kalau kemudian ada yang menyebut aparat Pemko Solok seolah tidak bekerja. Pejabat Pemko Solok bahkan seperti gembira melihat kota yang penuh sesak dan seolah hanya ingin menyebut bahwa kota Solok benar-benar telah maju pesat.
Seyogyanya, dalam memaknai refleksi 1 tahun kepemerintahaan Wali Kota-Wakil Walikota Periode 2010-2015, Pemko Solok telah mulai memikirkan bagaimana mengurai kosentrasi kunjungan pasar raya kewilayah Terminal Bareh Solok dengan cara membenahi segitiga jalan protokol antara Pandai Air Mati ke Simpang Lampur Merah By Paas Simpang Rumbio – Simpang Pandan Ujung dan kembali ke jalan depan Bioskop Karia.
Dengan kebijakan membenahi jalan dimaksud menjadi ruas dua jalur, yang dikuatkan dengan penataan tata ruang wilayah, kelak diyakini dengan asendirinya para pedagang akan menyebar dan dengan sendirinya arus kunjungan konsumen juga akan terpecah dan tidak lagi terpusat di sekitar pasar raya Solok. Tapi kalaupun gagasan ini dianggap sebuah keniscayaan, setidaknya kita telah berpikir untuk perubahan kota Solok ke depan.