Laman

20 Januari 2011

Harmonisasi Hilangkan Kecemasan Aparatur di Kota Solok

Harmonisasi di lingkungan pemerintah kota Solok terbangun dengan sejuk. Aura demikian terpancar dari dinamika keseharian. Kompleks balaikota yang terletak di Lubuak Nan Tigo itu, seolah tak terusik oleh perubahan iklim pasca pilkada yang kadang membawa atmosfir kelabu di tubuh organisasi.

Kota Solok Nan Elok, menjanjikan harapan-harapan untuk kemajuan. Bayangan ketakutan, bahkan kegelisahan para pegawai, nyaris tidak terlihat di kawasan tepi Batang Lembang itu, karena tata nilai yang tertanam tidak memburamkan logika. Fenomena itu sekaligus menepiskan kekhawatiran akan terjadi korban politik saat mutasi yang dijadwalkan berlangsung bulan Februari 2011 ini.

“ Pergantian pimpinan tidak serta merta akan berganti orang-orang yang akan membantu jalannya roda pemerintahan di kota Solok, “jelas walikota Solok Irzal Ilyas Dt. Lawik Basa ketika menjawab Singgalang soal sikapnya yang seolah tidak berani melakukan perombakan kabinet di lingkungan Pemerintah Kota Solok.

Ditemui, Senin (17/1) di Balaikota Solok, Ketua Partai Demokrat Kota solok itu memastikan soal perombakan kabinet bukan masalah berani atau tidak. Apalagi kalau berangkat dari azas balas dendam politik. Itu sesuatu yang musykil. Pihaknya tidak akan pernah melakukan perubahan kabinet tanpa pertimbangan kualitas dan kapabelitas. Soal kemungkinan berkembang masalah dukung-mendukung terhadap salah satu pasangan calon Walikota waktu pilkada, Irzal Ilyas menampik kesalahannya ditimpakan terhadap orang perorang, tetapi banyak hal yang mendorong seorang pegawai terjebak dalam politik praktis.

Sebagai pimpinan, kata Lawik basa, ketika terjhadi pergantian kepala daerah atau pimpinan, itu tidak serta merta harus berganti kepemerintahan. Namun mengupayakan agar para aparatur itu berada dalam satu atap kepemimpinan, kiranya lebih bijak dibanding membuang dan memakai seseorang hanya karena alasan mendukung atau tidak.

Irzal Ilyas lebih berpijak kepada tatanan logika dan rasa dalam menetaskan kebijakan. Apalagi sebuah kebijakan yang berdampak secara krusial terhadap kemanusian, pihaknya cenderung mengurai aturan-aturan kepegawaian sebagai koridor untuk menempatkan seseorang.

“ Proses rekrutmen pejabat sudah jelas aturannya., Tidak boleh sekehendak hati. Indikator yang dipakai dalam pergantian pejabat, tentulah melalui mekanisme dengan pertimbangan kapabelitas, kualitas, kepangkatan dan bahkan integritas pula, “ tegasnya seraya mengedepankan fungsi Baperjakat didalamnya.

Karena pertimbangan-pertimbangan itu, tentu tidak serta merta harus melakukan perombakan pejabat begitu ia menjabat sebagai wlaikota. Dalam bahasa keseharian, Irzal Ilyas bersama Zul Elfian sebagai Walikota dan Wakil Walikota Solok periode 2010-2015 tidak langsung memperlihatkan ladiang tajamnya dan merambah semua yang dianggap berseberangan.

“ Indikatornya apa, kalau seseorang mau diangkat atau dibuang. Harus jelas ukurannya, “ sebut Lawik Basa.

Namun ketika pemerintahannya telah berjalan, pihaknya tentu telah bisa melihat catatan-catatan atau mengukur kinerja seseorang pejabat di kota itu. Dari ukuran itulah ia kemudian akan melakukan kebijakan menukar-ganti pejabat yang dianggapnya tidak cocok atau tidak mampu menempati satu jabatan.“ Insya Alllah dalam bulan Februari ini, kita akan melakukan penyisipan dan penyegaran pejabat di lingkungan Pemko Solok, “ imbuhnya seraya berjalan kea rah mobil dinas BA 1 P sekeluar dari ruang kerjanya.

Kendati tidak menyebutkan tanggal pasti agenda mutasi dan rotasi dijajaran pemko Solok, kecuali memastikan keberangkatan gerbong mutasi itu, Lawik Basa mengaku nyaman ketika memutus kebijakannya. Tidak terlihat adanya garesop-pesoh atau kekhawatiran dari pejabat menjelang diberangkatkannya gerbong mutasi oleh pimpinan kota itu. Atmosfir kantor balaikota yang berada di sisi jalan utama Solok-Bukittinggi itu tetap saja dinamis dalam aura harmonisasi birokrasi. Fenomena tersebut pratksi menghadirkan kepuasan terhadap Masyarakat yang menyelesaikan banyak urusan.

Tersebab indikator kapabelitas pejabat sudah jelas, praktis yang yang diprioritaskan oleh aparatur balai Kota Solok adalah tentang kualitas. Persaingan terjadi bukan karena faktor kedekatan dengan pimpinan, tetapi lebih dibaca dari catatan kinerja pejabat bersangkutan.

Berkelanjutan

Bersamaan dengan jawaban atas ketidak beranian Walikota Solok menuai kabinet baru, Irzal Ilyas serta merta menyampaikan argumentasi soal APBD tahun 2011 yang tetap mengacu kepada menyerahkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang lama. Menurut Irzal Ilyas, RPJMD lama tersebut masih berlaku sampai Tahun 2011.

Bukan sebuah masalah yang perlu perdebatan ketika Pemko Solok memakai RPJMD tahun 2006-2011 sebagai kerangka acuan penerapan kebijakan yang ditampung dalam APBD tahun 2011. Justru dengan kebijakan itu, pembangunan lima tahun sebelumnya akan berlangsung secara berkesinambungan dan untuk seterusnya kerangka pembangunan itu dapat mengakomodir hakikat pembangunan yang berkelanjutan.

“ Kita bahkan tidak ingin ada anggapan sakali aie gadang-sakali tapian berubah. Justru Pemko Solok ingin mengaplikasikan teori pembangunan yang berkelanjutan, sehingga apa yang digagas sejak awal tidak terputus karena pergantian kepala daerah atau walikota, “ kata Lawik Basa seraya menekankan bahwa RPJMD yang dipakai itupun masuh merupakan bekas tangannya sewaktu menjadi wakil Walikota Solok.

kesepahaman memakai RPJMD lama itupun mencerminkan kualitas harmonisasi antara lembaga eksektuif dan legislative di kota yang dibelah oleh batang Lembang itu.“ Intinya, ketika APBD 2011 tetap menjembatani aspirasi untuk menumbuhkan kesejahteraan rakyat serta kemajuan kota Solok, tentulah harus didukung secara bersama,” tutur Walikota Solok Irzal Ilyas.

Makna ucapan Walikota Solok itu terkesan cukup humanis. Rakyat dan kemajuan kota solok tetap berada dalam memori pikirannya. Sehingga ketika memutus sebuah kebijakan, ia lebih memakai azas manfaat dan efektifitas dibanding menelorkan kebijakan lain dalam bingkai meraba-raba.-