Laman

20 Januari 2011

Syamsu Rahim: Kuatkan Musyawarah Untuk Mencapai Mufakat

Bukit Kandung--Babaliak banagari mencerminkan sikap dan perilaku untuk babaliak bamusyawara. Konsep kembali ke nagari dan berpemerintahan nagari merupakan upaya untuk mengembalikan nilai-nilai luhur adat minangkabau sesuai jati dirinya. Diantara nilai-nilai adat minangkabau itu adalah musyawarah untuk mufakat

Demikian disampaikan Bupati Solok, Syamsu Rahim ketika membuka musyawarah tungku tigo sajarangan, tali tigo sapilin, di Nagari Bukit Kanduang, Kecmatan X Koto Diatas,Selasa (18/1).

Dikatakan, nilai-nilai musyawarah yang menjadi identitas masyarakat di nagari sudah banyak yang ditinggalkan. Ia menengarai hampir di tiap nagari, masing-masing lembaga adatnya berjalan sendiri-sendiri. Akibatnya hubungan antara tungku tigo sajarangan, tali tigo sapilin di nagari menjadi kurang harmonis.

“Pemerintah Daerah sangat mendorong setiap nagari kembali menerapkan nilai-nilai musyawarah dalam setiap kegiatan maupun penyelesaian permasalahan di nagari, salah satunya melalui musyawarah tungku tigo sajarangan, tali tigo sapilin ini”, ujar Syamsu Rahim.

Bupati Solok ini juga melihat realita yang terjadi pasca pemilihan kepala daerah beberapa waktu lalu, yang cenderung meningggalkan beberapa persoalan di nagari. Salah satunya terjadi perpecahan dan perbedaan pendapat dikalangan unusur nagari karena perbedaan pilihan. Karena itu, harap Syamsu Rahim, saatnya sekarang semua perbedaan itu dihapuskan dan satukan tekat bersama-sama membangun Kabupaten Solok lebih baik ke depan.

Disebutkan, dibeberapa masyarakat di nagari cenderung membicarakan persoalan nagarinya di lapau-lapau. Sehingga pembicaraan itu hanya berbuah membicarakan aib seseorang tanpa ada jalan keluarnya. “Musyawarah tungku tigo sajarangan tali tigo sapilin di nagari diupayakan mampu menggali berbagai persoalan yang ada di nagari, menginventarisir kebutuhan masyarakat di nagari untuk bersama-sama mencarikan jalan keluarnya bersama-sama pula”, imbuhnya.

Buah Naga

Sementara itu, Walinagari Bukit Kandung, Amrizal mengungkapkan kondisi kekinian nagari yang bertetangga langsung dengan Kabupaten tanah Datar itu. Sebagai salah satu nagari tertinggal di Kabupaten Solok, ujar Amrizal, Nagari Bukit Kanduang selalu mengharapkan alokasi pembangunan, baik fisik dan non fisik seperti kegiatan penguatan ekonomi masyarakat.

Nagari Bukit Kandung, seperti halnya sebagian besar nagari di Kecamatan X Koto Diatas berlahan tandus. Karenanya, menurut Amrizal, program pengolahan lahan tidur yang mencapai ribuan hektar ini dapat difasilitasi Pemerintah Kabupaten Solok.

“ Saat ini sebuah komoditi unggulan telah mulai diupayakan oleh salah seorang masyarakat, yakni perkebunan buah naga seluas 2 hektar dan saat ini sudah panen, “ terang Wali Nagari Bukit Kandung itu.

Amrizal mengungkapkan, dari pengalaman berkebun, ternyata usaha budidaya buah naga sangat cocok di Nagari Bukit Kandung. Buktinya sebuah lahan masyarakat yang membudidayakan buah naga dapat berkembang dan berproduksi dengan baik. Masyarakat berharap pemerintah kabupaten Solok dapat mendorong mengembangkan komoditi buah naga ini di Bukit Kandung.. -